TNI AD akan mengevaluasi sistem pembinaan operasi militer sebagai dampak dari serangan KKB di Nduga

TNI Angkatan Darat (AD) akan mengevaluasi sistem pembinaan bagi prajurit untuk pelaksanaan militer menyusul gugurnya satu prajurit TNI dalam operasi pembebasan pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens (37). Adapun prajurit Kostrad dari Satuan Tugas (Satgas) Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna, Pratu Miftahul Arifin, gugur ditembak Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) saat operasi mencari pilot Philips di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan.
Menanggapi kejadian ini, Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen Hamim Tohari mengatakan bahwa TNI AD akan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap sistem pembinaan latihan bagi prajurit dan satuan yang akan ditugaskan untuk melaksanakan operasi militer. Hal ini dilakukan guna memastikan kesiapan prajurit dalam menghadapi berbagai situasi yang dihadapi di lapangan.
Selain itu, Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman juga memerintahkan seluruh jajaran TNI AD untuk terus menyiapkan pasukan operasi. Hal ini dilakukan guna mendukung segala bentuk tugas operasi sesuai dengan kebijakan Panglima TNI. KSAD Dudung dan seluruh jajaran menyatakan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas gugurnya prajurit-prajurit TNI AD saat melaksanakan operasi di Papua.
Kejadian penyerangan KKB terhadap Satgas Yonif Raider 321 ini terjadi di Distrik Mugi, Nduga, pada Sabtu sore WIT. Menurut Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Julius Widjojono, peristiwa penyerangan itu terjadi ketika Satgas Yonif Raider 321 sedang mendekati posisi penyandera. Saat itu, prajurit Satgas sedang melakukan penyisiran untuk mendekati posisi KKB yang diduga sebagai penyandera pilot Philips.
Namun, saat mendekati posisi tersebut, Satgas Yonif Raider 321 mendapatkan serangan dari KKB. Akibat serangan tersebut, Pratu Miftahul Arifin terjatuh ke jurang dengan kedalaman 15 meter. Setelah itu, terjadi serangan lanjutan dari KKB terhadap Satgas Yonif Raider 321.
Kapuspen TNI Julius Widjojono menjelaskan bahwa ketika prajurit mencoba untuk menolong Pratu Miftahul, mereka justru mendapatkan serangan ulang dari KKB. Julius juga membantah bila disebutkan ada enam prajurit yang gugur akibat penyerangan susulan itu. Dia mengatakan, kondisi prajurit lain yang mendapatkan serangan susulan itu masih didalami.
Sebagai upaya penegakan hukum, Kapolri akan mengerahkan personel untuk melakukan penegakan hukum di daerah Nduga Papua. Hal ini dilakukan guna menanggapi aksi penembakan KKB yang menewaskan prajurit TNI AD Pratu Miftahul Arifin.
Diharapkan, dengan upaya penegakan hukum yang dilakukan, dapat segera mengungkap para pelaku penembakan dan menyandera pilot Susi Air Philips Mark Methrtens. Selain itu, penegakan hukum ini diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat dan memutus mata rantai kekerasan yang terjadi di wilayah Papua.
Kejadian penembakan di Nduga ini menjadi perhatian banyak pihak, terutama mengingat betapa berbahayanya situasi yang dihadapi prajurit TNI di lapangan. Dengan adanya evaluasi sistem pembinaan latihan bagi prajurit dan satuan TNI AD, diharapkan prajurit semakin siap dalam menjalankan tugas di lapangan, terutama dalam menghadapi situasi yang tidak dapat diduga, seperti yang dialami oleh Pratu Miftahul Arifin dan rekan-rekannya saat itu.
Baca berita terbaru lainnya di sini.