Tidak Bisa Mudik saat Libur Lebaran, Pedagang Minuman di TMII Terhambat oleh Biaya

Meskipun Lebaran sudah tiba, tidak semua orang bisa mudik ke kampung halaman mereka untuk merayakannya dengan keluarga. Ada sebagian orang yang harus tetap bertahan di Ibu Kota karena berbagai faktor, salah satunya adalah faktor biaya. Salah satu contoh orang yang harus menghadapi kenyataan ini adalah seorang pedagang asal Medan bernama Mai yang saat ini tinggal dan berjualan di sekitar Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
Mai (31 tahun) menuturkan bahwa sejak kembali ke Jakarta pada tahun 2019, dia belum pernah memiliki kesempatan untuk mudik ke Medan lagi. Menurutnya, ongkos untuk pulang kampung lumayan mahal dan saat ini dia belum mampu menanggung biayanya sendiri. Meskipun dia lahir dan tumbuh besar di Jakarta, Mai masih memiliki banyak saudara dan teman di Medan yang mereka sering menanyakannya kapan Mai akan pulang kembali ke Medan.
Sebagai pedagang minuman, Mai menggaet pendapatan yang cukup menggiurkan, terutama jika dia berjualan pada hari biasa dan hari libur nasional. Di hari biasa, pendapatan kisaran Rp 300.000 – Rp 500.000 dan pada hari libur bahkan bisa mencapai Rp 1 juta. Hal ini membuat Mai cukup merasa beruntung karena bisnis yang dijalankannya tidak hanya menghidupi dirinya, tetapi juga orangtuanya.
Sebelum pandemi Covid-19, Mai bahkan sempat membantu keluarganya berdagang sayur di pasar Medan. Dia mengaku bahwa di sana dia bisa meraih ratusan ribu rupiah dengan berjualan sayur di pasar. Namun, karena alasan tertentu, Mai harus pergi ke Jakarta dan tidak lagi membantu keluarganya berjualan sayur. Dia kemudian mulai menjalankan bisnis minuman di sekitar kawasan TMII.
Belajar dari pengalamannya di Medan, Mai memutuskan untuk fokus menjalankan bisnis minuman dan menghentikan penjualan sayur karena menurutnya, berjualan sayur di Jakarta lebih sulit daripada di Medan. Dia merasa sebagai pendatang, sulit memasuki pasar Jakarta jika tidak memiliki relasi atau kenal dengan pedagang lain. Selain itu, dia juga mengaku tak punya cukup pengetahuan tentang cara berjualan sayur dengan baik di Jakarta.
Kehidupan Mai sudah cukup terjamin dengan berjualan minuman di TMII. Bahkan saat pandemi, dia masih bisa bertahan hidup dengan mengandalkan pemasukan dari toko kelontong orang tuanya. Mulai tahun 2022, Mai kembali fokus menjajakan minuman setiap hari dan alhasil pemasukan hariannya pun semakin meningkat.
Terlepas dari keterbatasan dalam tetap hidup di Jakarta, Mai mengaku cukup bahagia dengan kehidupannya saat ini. Meskipun ia kerap merindukan saudara dan teman di kampung halamannya, Mai tetap yakin bahwa hidup di Jakarta bukanlah pilihan yang salah bagi dirinya. Dia tetap optimis dalam menjalani hidup dan berharap bahwa suatu saat kelak ia bisa menabung cukup untuk kembali mudik ke Medan dengan biaya yang telah ia rencanakan.
Saat ini, Mai masih menantang dirinya untuk terus menjual minuman di kawasan TMII dengan harapan agar pendapatan yang diperoleh selama ini bisa terus digunakan untuk menghidupi diri sendiri dan orangtuanya. Di sisi lain, dia juga berusaha untuk tetap berkomunikasi dengan saudara dan teman di Medan melalui telepon dan media sosial sebagai alternatif untuk mengurangi rasa rindu terhadap kampung halamannya di Medan.
Baca berita terbaru lainnya di sini.