Politik

Spanduk Caleg Berserakan, Pengamat: Mengecewakan, Hanya Memperkenalkan Diri Bukan Isi Pikiran

Pemilihan umum (Pemilu) yang dijadwalkan akan digelar pada tahun 2024 mendatang, kini mulai terlihat langkah persiapan dalam bentuk sosialisasi para bakal calon anggota legislatif (Bacaleg). Hal ini tercermin dari maraknya spanduk dan baliho yang menampilkan gambar para tokoh politik, namun sayangnya hanya berfokus pada perkenalan diri mereka saja tanpa menyajikan informasi yang substantif.

Pendiri Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti, menilai fenomena ini patut disayangkan karena menunjukkan tingkat pemahaman demokrasi yang masih minim. Padahal seharusnya, spanduk-spanduk tersebut memberikan gambaran mengenai ide dan gagasan Bacaleg dalam perhelatan Pemilu 2024, sehingga masyarakat dapat memahami visi dan misi dari para kandidat sejak dini.

Beliau mengkritik cara sosialisasi yang hanya memperkenalkan diri para Bacaleg, bukan bagaimana pemikiran dan isi kepala mereka. Dengan demikian, masyarakat menjadi tidak mengetahui gambaran tentang apa yang sebenarnya hendak diwujudkan para Bacaleg tersebut dalam kali ini.

Ray menambahkan bahwa saat ini banyak praktik politik yang melanggar asas prinsip Pemilu demokratis. Sebagai contoh, praktek buruk dalam mencari simpati pemilih di lapangan seperti yang dilakukan oleh Ketua Badan Anggaran DPR RI Fraksi PDI-P, Said Abdullah. Ia lantas menjelaskan bagaimana Said membagikan amplop berisi uang dengan logo PDI-P di salah satu Masjid di Jawa Timur, namun hal tersebut justru dimaklumi oleh penyelenggara Pemilu.

Kondisi seperti ini tentu akan berdampak pada hilangnya substansi Pemilu sekaligus mengancam kualitas demokrasi. Hal ini dikarenakan Pemilu yang seharusnya menjadi ajang yang lebih mengedepankan visi dan misi para kandidat, malah menjadi mengejar kepentingan pribadi kandidat dan partai politik.

Sehubungan dengan itu, langkah yang lebih tepat bagi para Bacaleg dan partai politik dalam rangka mempersiapkan Pemilu 2024 adalah dengan menyampaikan secara jelas visi dan misi mereka. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menilai kemampuan dan kompetensi para Bacaleg sebelum memilih mereka sebagai wakilnya di lembaga legislatif.

Selain itu, sang pengamat politik juga menegaskan bahwa peran penyelenggara pemilihan seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU) semestinya lebih tegas dalam mengawasi jalannya Pemilu. Penyelenggara Pemilu harus berani mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran baik yang dilakukan oleh partai politik maupun para Bacaleg. Dengan demikian, diharapkan wajah demokrasi di Indonesia bisa semakin baik dan beradab.

Dalam konteks ini, Ray mengatakan bahwa instansi seperti BAWASLU dan KPU harus memperkuat kapabilitas mereka dalam menjalankan fungsi pengawasan dan penyelenggaraan Pemilu. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan kewenangan untuk memenangkan hati pemilih agar bisa melestarikan sistem demokrasi.

Ray menyampaikan pesan penting kepada para tokoh politik dan Bacaleg agar segera berubah dan tidak hanya memikirkan kepentingan partai atau individu. Lebih dari itu, demokrasi juga sangat membutuhkan perubahan pola pikir yang lebih mengedepankan kepentingan masyarakat.

Dengan mengubah cara berpolitik yang lebih mengedepankan substansi dan prinsip demokratis, Pemilu 2024 diharapkan dapat menjadi ajang yang menampilkan kualitas Bacaleg yang mumpuni dan benar-benar siap memperjuangkan hak dan aspirasi rakyatnya. Sehingga, pesta demokrasi tersebut akan menciptakan lembaga legislatif yang berkualitas dan bisa menjawab tantangan di masa yang akan datang.

Baca berita terbaru lainnya di sini.

Arya Pratama

Arya Pratama adalah seorang jurnalis senior yang fokus pada berita politik. Ia telah bekerja untuk beberapa media terkemuka di Indonesia. Selama kariernya, Arya telah meliput berbagai peristiwa penting di dunia politik Indonesia, termasuk pemilihan umum, sidang parlemen, serta peristiwa-peristiwa penting di tingkat nasional dan internasional.