Sidang Etik Peneliti BRIN yang Mengancam Warga Muhammadiyah Dimulai Hari Ini

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang Hasanuddin (AP Hasanuddin) hari ini menghadiri sidang etika terkait ancamannya terhadap warga Muhammadiyah pada Rabu (26/4/2023). Sidang etik ini diadakan setelah Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengkonfirmasi bahwa AP Hasanuddin merupakan bawahannya.
Laksana mengatakan bahwa meskipun AP Hasanuddin telah membuat surat pernyataan permintaan maaf, BRIN tetap melanjutkan sidang etik. “Meski sivitas tersebut sudah membuat surat permintaan maaf, BRIN tetap akan memproses yang bersangkutan dengan menggelar Sidang Majelis Etik ASN, diagendakan Rabu (26/4/2023),” ujar Laksana pada hari Selasa (25/6/2023).
Sidang ini kemudian akan dilanjutkan ke Majelis Hukum Disiplin ASN untuk menentukan sanksi akhir. Belum ada informasi apakah sidang etik tersebut akan digelar secara terbuka atau tertutup, dan upaya untuk mengkonfirmasi hal ini kepada Laksana dan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin belum membuahkan hasil.
Kasus ini bermula ketika beredar tangkapan layar Twitter terkait mengancam akan membunuh warga Muhammadiyah. Ancaman tersebut ditulis oleh akun Facebook milik AP Hasanuddin dalam sebuah diskusi di media sosial.
Pernyataan ini menuai reaksi luas dari berbagai pihak, termasuk organisasi Muhammadiyah dan masyarakat secara umum. Walaupun AP Hasanuddin telah meminta maaf, proses hukum dan sidang etik tetap akan berjalan untuk menegakkan disiplin dan menjunjung tinggi etika.
Keputusan untuk melanjutkan dengan sidang ini menunjukkan bahwa BRIN dan pihak terkait menjunjung tinggi prinsip transparansi dan akuntabilitas serta komitmen mereka terhadap integritas ilmuwan dan peneliti di Indonesia. Mereka juga berusaha untuk memastikan bahwa insiden seperti ini tidak terulang di masa mendatang dan menjaga reputasi lembaga penelitian nasional.
Sidang etik ini diharapkan akan memberikan pemahaman mengenai tindakan dan sanksi yang pantas bagi para pelanggar etika dan disiplin kerja. Selain itu, sidang ini juga diharapkan menjadi pelajaran bagi peneliti dan ilmuwan lain untuk selalu menjaga etika berkomunikasi dan menghindari pernyataan yang kontroversial.
Dalam situasi saat ini, penting bagi semua pihak untuk menahan diri dan tidak diperbolehkan menyebar informasi yang tidak benar atau tidak ada dasarnya. Setiap individu, termasuk peneliti dan ilmuwan, harus menjaga etika dan nilai-nilai kemanusiaan dalam berkomunikasi dan bekerja sama. Seperti dalam kasus ini, pemberian ancaman kepada warga Muhammadiyah secara terbuka sangat mengecewakan dan tidak mencerminkan integritas peneliti dan ilmuwan nasional.
Sidang etik ini memasuki tahap yang sangat penting, karena hasil dari sidang ini akan menjadi preseden bagi kasus-kasus serupa di masa depan. Hal ini sangat penting untuk menegakkan disiplin dan etika di lingkungan penelitian dan ilmu pengetahuan, serta dalam masyarakat secara luas.
Semoga sidang etik BRIN ini menjadi awal dari perubahan yang lebih baik dan menjadi pelajaran penting bagi peneliti dan ilmuwan lainnya untuk senantiasa berperilaku profesional dan menjunjung tinggi etika Komunikasi, guna menjaga citra lembaga dan peneliti di Indonesia.
Baca berita terbaru lainnya di sini.