Gugum Gumbira, Maestro jaipongan meninggal dunia pada Sabtu (4/1) dini hari 1.55 WIB.
Gugum meninggal di usia 74 di RS Santosa Bandung.
Ia adalah peraih Satya Lencana Kebudayaan Pemerintah RI karena ciptaannya, Jaipongan.
Dihari-hari sebelum kepergiannya, Gugum berupaya untuk memulihkan kembali citra Jaipongan. Hal ini disampaikan oleh sahabatnya, Eka Gandara.
Eka berkata, sebelum beliau meninggal, beliau sudah berkali-kali dirawat. Ia pun menyatakan bahwa kondisi kesehatan Gugum semakin turun, tetapi tidak hanya disebabkan penyakit jantung saja.
“Aktivitasnya yang luar biasa dan tidak merasakan kondisi fisiknya yang tidak lagi seperti dulu,” ujarnya.
Hal ini dibuktikan dengan tekadnya untuk menunjukkan bahwa citra dari Jaipongan yang sempat kembali bermasalah.
Di tahun 2013, terkait 33 tahun genre Jaipongan, Gugum didukung oleh Disparbud Provinsi Jabar untuk menggelar “Pasanggiri Jaipongan Jugala Raya 2013”. Pada event ini yang diikuti 35 sanggar tari seluruh Jawa Barat yang sudah diseleksi, dan kemudian digelar kembali setelah dua tahun.
Di tahun 2015, Gugum dengan bangga memperkenalkan karyanya yang paling anyar yang bernama “Jalak Ngejat”.
Tetapi, muncul kembali pandangan negatif terhadap Jaipongan. Pada saat itu, Gugum seperti mendapat pecutan semangat untuk semakin ingin menunjukkan kebisaannya di ranah kesenian.
Setiap tahunnya selalu digelar pertunjukkan, dan yang terakhir “Pasanggiri Jaipong Bentang Sulintang Jugala Raya” yang diadakan di Padepokan Seni Jugala, Jl. KH Wahid Hasyim, sebagai penanda Milangkala 40 tahun Jugala Raya. Setelahnya, setiap bulan Jugala menyelenggarakan diskusi seputar seni dan juga pelatihan rutin.
“Mungkin karena energinya yang terkuras tanpa memerhatikan kesehatan hingga akhirnya harus langganan keluar masuk RS,” tutur Eka.
SUMBER: Pikiran Rakyat