Ketua Paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman Gunawan Setiawan mengatakan bahwa industri batik di Kota Solo tidak terpengaruh secara langsung oleh impor baju bekas ilegal (thrifting). Meskipun industri batik dan thrifting dianggap berbeda, namun dampak dari thrifting bisa mempengaruhi harga dan trend pasar pakaian di tingkat nasional.
Dia menyebutkan bahwa saat ini para wisatawan dari berbagai kalangan datang ke Kampung Wisata Batik Kauman untuk berfoto dengan berkebaya, abaya, hem, blues batik, selendang, syal, topi batik, dan lain-lain. Hal ini menjadi bukti bahwa batik tetap memiliki pasar yang cukup besar.
Gunawan juga mengajak para pelaku batik untuk melakukan riset terhadap peluang yang terdapat di dunia fashion batik. Dia berharap para pelaku batik bisa mengolah branding, harga, model, jenis bahan, dan promosi agar batik tetap bisa bersaing di pasar.
Selain itu, ia juga berharap pemerintah ikut aktif dalam mempromosikan produk lokal yang bermuatan budaya. Hal ini penting agar industri lokal bisa tumbuh dan berkembang.
Sementara itu, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan bahwa pemerintah masih menunggu regulasi dari pemerintah pusat yang ada terkait thrifting. Jika thrifting dianggap tidak boleh, maka pedagang di Kota Solo akan mengikuti regulasi yang berlaku.
Dia juga mengatakan bahwa saat ini masih menunggu regulasi terkait thrifting dan belum mengadakan razia. Namun, jika thrifting dianggap tidak boleh, maka razia akan dilakukan.
Secara keseluruhan, para pelaku batik di Kota Solo harus berpikir kreatif untuk mengelola branding, harga, model, jenis bahan, dan promosi mereka agar tetap bersaing di pasar. Selain itu, pemerintah juga harus ikut aktif dalam mempromosikan produk lokal yang bermuatan budaya.
Baca berita terbaru lainnya di sini.
