Penolakan Sinyal Prabowo untuk Menjadi Cawapres Ganjar dan Tanggapan PDI-P

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dikabarkan masuk sebagai salah satu kandidat calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Ganjar Pranowo dalam pemilihan presiden mendatang. Hal tersebut menyusul pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pasca Salat Id Lebaran 2023 bersama Ganjar di Solo.
Mengenai hal itu, Prabowo memberikan sinyal penolakan untuk menjadi cawapres Ganjar. Prabowo mengatakan bahwa dirinya merupakan calon presiden (capres) yang diusung oleh Partai Gerindra, yang kini menjadi partai politik yang cukup kuat. Selain itu, Prabowo juga masih melihat situasi dan perkembangan dinamika politik saat ini sebelum mengambil keputusan.
Menanggapi hal tersebut, PDI-P melalui Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto membantah adanya indikasi paksaan agar Prabowo menjadi cawapres Ganjar. Menurut Hasto, dalam proses penjaringan cawapres, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui, termasuk persetujuan kedua belah pihak. Hasto juga menegaskan bahwa PDI-P tidak pernah mengajak maupun berniat menjodohkan Ganjar-Prabowo atau sebaliknya, karena semua paket tokoh untuk Pilpres melihat keinginan masyarakat dan berjalan secara alami.
- Ade Armando ungkap dukungan pada Anies, jadi sorotan+51 detik lalu
- Digoda untuk tinggalkan Anies, PKS kembali jadi sorotan53 detik lalu
Hasto juga menyoroti daftar nama cawapres yang disampaikan Presiden Jokowi usai Salat Id bersama Ganjar. Dia mengungkapkan bahwa PDI-P terus melakukan kajian terhadap sejumlah nama tersebut. Setelah semuanya selesai dikaji, PDI-P akan melaporkannya kepada Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk diambil keputusan.
Seperti diketahui, Presiden Jokowi menyebut tujuh nama kandidat cawapres Ganjar, yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk menteri kabinet dan tokoh ketua umum partai politik. Nama-nama tersebut meliputi Menteri BUMN Erick Thohir, Menparekraf Sandiaga Uno, Menko Polhukam Mahfud MD, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dan terakhir Prabowo Subianto.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai wajar jika muncul sinyal penolakan dari Prabowo untuk menjadi cawapres Ganjar. Menurut Dedi, peluang Prabowo menjadi cawapres Ganjar sangat kecil, bahkan mendekati mustahil, bukan karena potensi kemenangan di Pilpres 2024, melainkan karena nasib Gerindra di Pemilu.
Dedi menjelaskan bahwa sejauh ini para pemilih Gerindra lebih memperhatikan sosok Prabowo. Mereka memilih Prabowo karena ingin melihat Ketua Umum Partai Gerindra itu menjadi capres. Jika Prabowo tidak menjadi capres, Gerindra dipastikan akan kehilangan suara pemilih.
Dedi juga melihat elektabilitas Prabowo lebih baik dibandingkan Ganjar. Hal ini tidak terlepas dari faktor loyalitas pemilih Prabowo yang lebih besar ketimbang Ganjar. Ia menilai bahwa loyalitas pemilih Gerindra lebih besar dibanding loyalitas PDI-P pada Ganjar.
Menyikapi situasi politik yang berkembang, pihak-pihak yang terkait perlu mengambil keputusan strategis dan mempertimbangkan berbagai aspek seperti elektabilitas, loyalitas, dan dukungan masyarakat. Dalam konteks pencalonan cawapres, baik Prabowo maupun Ganjar perlu mengevaluasi posisi mereka dan menjalin komunikasi dengan partai politik serta pemilih untuk meraih dukungan optimal dalam Pilpres mendatang.
Baca berita terbaru lainnya di sini.