Berita

Pegawai BRIN Mengancam Bunuh Warga Muhammadiyah, Minta Maaf

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko telah mengakui ancaman pembunuhan di media sosial terhadap warga Muhammadiyah yang dilakukan oleh salah satu pegawainya bernama Andi Pangeran Hasanudin (APH). Sebagai langkah permintaan maaf lembaganya, Laksana menyatakan bahwa ancaman pembunuhan tersebut merupakan ranah pribadi APH dan bukan posisi resmi atau kebijakan dari BRIN. Pegawai tersebut akan diproses dalam Sidang Majelis Etik ASN yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu (26/4/2023) depan. Di sisi lain, Laksana mengimbau kepada semua peneliti BRIN untuk lebih bijaksana dalam mengungkapkan pendapat mereka di media sosial.

Secara kelembagaan, Laksana Tri Handoko memohon maaf pada seluruh warga Muhammadiyah atas pernyataan dan perilaku yang dilakukan oleh Andi Pangeran Hasanudin. “BRIN meminta maaf, khususnya kepada seluruh warga Muhammadiyah, atas pernyataan dan perilaku salah satu sivitas BRIN, meskipun ini adalah ranah pribadi yang bersangkutan,” tutur Laksana melalui Kompas.com, Selasa (25/4/2023). Langkah selanjutnya akan dilakukan proses perundingan NN yang akan digelar pada Rabu (26/4/2023).

Beberapa Hari lalu, sebuah tangkapan layar Twitter yang menggambarkan ancaman akan membunuh warga Muhammadiyah sempat menjadi perdebatan hangat di media sosial. Ancaman tersebut berasal dari akun Facebook web.facebook.com/a.p.hasanuddin yang ditulis dalam forum diskusi sosial media. Inti dari pernyataan tersebut adalah Andi Pangeran Hasanudin menunjukkan kekesalan terhadap warga Muhammadiyah dan mengungkapkan keinginan untuk membunuh mereka satu per satu.

Menanggapi pernyataan ini, Laksana mengimbau pegawainya untuk lebih bijaksana dalam menyampaikan pendapat mereka di media sosial. Dia menjelaskan pentingnya mengedepankan nilai etika dalam lingkungan kerja dan interaksi di media sosial. Nilai-nilai ini meliputi berorientasi pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif dan kolaboratif.

Di sisi lain, kepolisian telah menyiapkan anggaran khusus untuk menginvestigasi kasus ini dan memastikan bahwa pihak yang bersalah diadili secara adil. Dalam upaya untuk mendalami kasus ini, Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) akan memeriksa laporan dari berbagai pihak termasuk Facebook dan Twitter untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peristiwa yang melibatkan APH.

Ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah telah menimbulkan banyak keresahan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama kelompok Muhammadiyah sendiri. Oleh karena itu, banyak pihak yang mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap pelaku dan memastikan bahwa kasus seperti ini tidak akan terulang di masa depan.

Dalam menghadapi situasi ini, pemerintah Indonesia telah menunjukkan kesungguhan dalam upaya penegakan hukum. Selain memproses pelaku dalam sidang etik, pihak berwenang juga berencana untuk menggali lebih dalam dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah peristiwa-peristiwa yang tidak diinginkan terjadi di masa depan.

Pada akhirnya, kasus ini menjadi pengingat penting untuk seluruh masyarakat, termasuk para peneliti dan profesional, tentang pentingnya menjaga etika dan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bukan hanya akan membantu mendorong harmoni dan kerja sama di antara individu dan kelompok yang berbeda tetapi juga merupakan salah satu kunci utama dalam menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan adil bagi semua.

Baca berita terbaru lainnya di sini.

Rizka Wulandari

Rizka Wulandari sudah terjun di dunia media selama tiga tahun terakhir. Sejak lulus kuliah, ia sudah bekerja untuk beberapa publikasi independen di Jakarta dan menulis berbagai artikel dengan tema yang beragam.