Menuliskan Soal Spirit Toleransi yang Tercermin dari Raja-Raja Demak

Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah, bersama istrinya, Siti Atikoh, menyambangi Makam Raja-raja Demak sebagai tempat keenam dalam rangkaian nyadran. Menurut Ganjar, Raja Demak memegang peran sentral dalam mengelola tatanan kehidupan masyarakat yang moderat di masa itu. Salah satunya adalah Raden Patah, Raja Demak yang pertama.
Dia merupakan keturunan dari Campa. Meski ada dua riwayat yang menyebutkan garis silsilah Raden Patah, namun keduanya sama-sama menunjukkan bahwa asal muasalnya berasal dari negeri seberang, bahkan tanpa perbedaan ras. Hal ini menjadi contoh sempurna bagi toleransi.
Selain Raden Patah, Pati Unus juga dikenal karena kemampuannya dalam mengembangkan kemaritiman. Sementara dari Sultan Trenggono, kita bisa belajar banyak hal soal agraria. Kolaborasi antara raja dan walisongo menjadi kunci keberhasilan Kerajaan Demak, karena walisongo menjaga kestabilan sosial masyarakat dengan pengajaran agama Islam yang moderat dan saling menghargai.
Menurut Ganjar, ada tiga Raja Demak yang makamnya berada di kompleks Masjid Agung Demak, yaitu Raden Patah, Pati Unus, dan Sultan Trenggono. Selain itu, Ganjar juga mengunjungi makam anggota walisongo yang tersebar di Jawa Timur, seperti Sunan Ampel, Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Drajat, dan Sunan Bonang.
Setelah itu, Ganjar melanjutkan ke Makam Sunan Kalijaga yang berada tidak jauh dari Masjid Agung Demak, dan kemudian Makam Sunan Muria, putra Sunan Kalijaga. Dia juga menyinggung cara dakwah Mualana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik yang mampu membangun hubungan keharmonisan yang berdampak bagi kemakmuran masyarakat.
Ganjar kemudian berkunjung ke Makam Sunan Gunungjati dan diakhiri dengan ziarah ke makam orang tuanya. Dengan ziarah ini, Ganjar berharap bahwa para pendahulunya dapat memberikan inspirasi untuk menciptakan kerukunan dan kemajuan bagi daerahnya.