Pada kuartal 6-2019 dari catatan Colliers International yang berada di Indonesia, seluruh tingkat okupansi ritel di kota DKI Jakarta menurun sampai 3,9%. Merosotnya okupansi ritel diakibatkan karena belum mampunya untuk mengikuti perkembangan zaman.
“Kalau konsepnya gitu-gitu aja, siap-siap ditinggalin, siap-siap aja kosong,” kata Ferry Salanto sebagai Senior Associate Director Colliers Ferry saat ditemui di Gedung World Trade Center I, Jaksel, hari Rabu.
Sementara, pergeseran memang terjadi atas minat konsumen yang lebih tertarik kepada makanan, baju, atau produk dan barang tertentu dari pada belanja di tempat ritel.
Dari pergeseran ini, Ferry berkata untuk ritel lokal seperti Matahari ini sudah mulai ditinggali oleh konsumen yang asalnya sangat beken. Kini konsumen lebih tertarik dengan ritel yang memiliki merk dari luar seperti H&M dan Uniqlo.
“Untuk tenant, minuman dan makanan masih menjadi tenant yang mendominasi dan paling aktif, sekarang banyak kan makanan yang sedikit-sedikit jadi tren seperti kafe, camilan-camilan. Terus anak mudanya lebih suka belanja di toko-toko baju kaya H&M, Uniqlo, gitu-gitu lah, kalau Matahari itu sudah mulai ditinggalkan,” jelasnya.
Berikutnya, harga sewa yang cenderung naik dibandingkan dengan tahun lalu.
Selama tahun 2019, tarif sewa ritel untuk kelas atas dimulai dengan biaya Rp529.267/meter persegi/bulan yang naik dari 2018 seharga Rp502.222/meter persegi/bulan.
“Pertumbuhan tarif sewa lebih dikarenakan akan masuknya pasok baru dengan kualifikasi atas. Kemudian, secara tren pemilik ritel juga akan fokus dengan penjulan produk pada satu segmen tertentu. Sedangkan, penjualan produk untuk kelas yang lebih beragam dapat dilakukan oleh retailer besar,” tutup Ferry.
SUMBER: Detik