Berita

Luhut: Kami Menyiapkan Modifikasi Cuaca sebagai Senjata untuk Menghadapi El Nino

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai salah satu cara untuk menghadapi potensi terjadinya fenomena El Nino pada Agustus mendatang. Fenomena ini dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif seperti yang terjadi pada tahun 2015 lalu.

Menurut Luhut, langkah-langkah perlu ditempuh untuk mengantisipasi dampak buruk dari El Nino seperti yang dialami Indonesia delapan tahun yang lalu. Sebagai upaya pencegahan, pemerintah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca yang diharapkan dapat mengurangi efek negatif yang mungkin muncul akibat El Nino. Selain itu, Luhut juga meminta agar kementerian dan lembaga terkait, serta pemerintah daerah, mulai bersiap sejak sekarang.

Dalam menghadapi El Nino, Luhut menegaskan pentingnya kewaspadaan dan kolaborasi antar pihak. Peralihan cuaca yang disebabkan oleh El Nino bisa berdampak signifikan pada masyarakat, sehingga penting bagi semua elemen untuk saling menjaga dan berusaha mencegah kerugian yang mungkin terjadi.

Menyikapi potensi terjadinya El Nino pada Agustus mendatang, Luhut juga mengingatkan mengenai risiko kekeringan yang bisa diakibatkannya. Fenomena ini berpotensi menggantikan La Nina yang selama tiga tahun berturut-turut telah membawa cuaca basah di berbagai wilayah. Namun, dengan datangnya El Nino, suhu diperkirakan akan meningkat dan kondisi cuaca menjadi lebih kering.

Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah, suhu laut saat ini mencapai tingkat tertinggi sejak 2016. Hal ini diikuti dengan kenaikan suhu udara yang mencapai rekor tertinggi di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia. Pemodelan cuaca juga memperkirakan bahwa El Nino kemungkinan akan terjadi pada bulan Agustus mendatang. Meski begitu, ketidakpastian mengenai tingkat keparahan El Nino masih sangat tinggi.

Mengacu pengalaman pada tahun 2015, El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan yang luas, serta kebakaran hutan dan lahan di berbagai daerah. Dampak negatif ini kemudian merambat ke sektor pertanian dan pertambangan, yang mengalami penurunan produksi yang signifikan. Data dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan adanya korelasi antara fenomena El Nino dan penurunan produksi di kedua sektor tersebut.

Ancaman El Nino juga diiringi dengan risiko inflasi. Besarnya kontribusi inflasi pangan pada inflasi keseluruhan menjadikan fenomena ini mempengaruhi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Pada tahun 2015, diperkirakan 41 persen lahan padi di Indonesia mengalami kekeringan ekstrem. Selain itu, data World Food Programme menunjukkan bahwa tiga dari lima rumah tangga di Indonesia kehilangan pendapatan akibat kekeringan yang dialami.

Tak hanya itu, satu dari lima rumah tangga terpaksa mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat dampak kekeringan yang disebabkan oleh El Nino. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk waspada dan mulai mempersiapkan diri menghadapi potensi terjadinya El Nino pada Agustus mendatang.

Mengingat dampak negatif yang bisa diakibatkan oleh El Nino, langkah-langkah seperti penggunaan teknologi modifikasi cuaca dan kolaborasi antar pihak menjadi sangat penting. Diharapkan, upaya-upaya ini akan mampu mengurangi dampak yang mungkin muncul akibat El Nino, serta menjaga kesejahteraan dan keberlanjutan perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian iklim global.

Baca berita terbaru lainnya di sini.

Rizka Wulandari

Rizka Wulandari sudah terjun di dunia media selama tiga tahun terakhir. Sejak lulus kuliah, ia sudah bekerja untuk beberapa publikasi independen di Jakarta dan menulis berbagai artikel dengan tema yang beragam.