Kriminal

Kisah WNI di Sudan, Mengira Suara Petasan Namun Ternyata Beruntun Tembakan Senapan Api

Kuni Abida Kamila, seorang mahasiswa semester akhir International University Africa (IUA), baru-baru ini membagikan kondisi Sudan selama konflik bersenjata yang dimulai pada 15 April 2023. Abida telah tinggal di kota Khartoum, tempat ia belajar pendidikan dan agama Islam, selama 3,5 tahun. Selama waktu tersebut, konflik politik memang sering menjadi topik rutin, namun hanya sebatas demonstrasi dan belum pernah mencapai tingkat anarkisme seperti saat ini.

Pada pagi hari ketika konflik bersenjata dimulai, Abida terkejut oleh suara petasan yang sangat keras dan terus-menerus. Namun, ia kemudian menyadari bahwa suara tersebut bukanlah petasan, melainkan tembakan senjata api dari paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan militer Sudan. Menurut Abida, suara tembakan senjata api itu terdengar hampir tanpa henti, hanya berhenti sekitar 30 menit sebelum kembali bergema.

Tembakan senjata api itu akhirnya mereda saat memasuki malam hari, tetapi peristiwa mencekam terjadi keesokan harinya ketika para tentara berseragam memasuki kampus universitas Abida. Rekannya mengabarkan bahwa tentara-tentara tersebut telah masuk ke daerah kampus, yang seharusnya dilarang bagi militer. Namun, untungnya mereka bukan pasukan RSF atau paramiliter, melainkan tentara Sudan.

Ketakutan itu kembali datang setelah lebaran Idul Fitri, saat Abida dan teman-temannya mendengar suara jet tempur dan rudal nyasar yang melewati langit di atas apartemen mereka. Meskipun tidak ada yang jatuh ke tempat mereka tinggal, situasi tersebut tetap menciptakan rasa cemas.

Beruntung, Abida termasuk salah satu dari 285 WNI yang berhasil dievakuasi dan tiba di Indonesia dengan selamat pada Jumat (28/4/2023). Kendala dalam mengurus kepulangan membuat banyak WNI mengalami kesulitan selama masa konflik tersebut. Bagi mereka, perjalanan evakuasi yang berlangsung selama enam hari menjadi momentum yang sangat berharga karena akhirnya bisa kembali ke Tanah Air dengan aman.

Sebagai catatan, 385 WNI berhasil dievakuasi pada tahap pertama dan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta pada Jumat. Mereka terdiri dari 248 perempuan, 137 laki-laki, dan 43 anak-anak. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengungkapkan bahwa WNI tersebut tiba dengan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 991.

Sudan saat ini tengah dilanda konflik bersenjata antara tentara reguler dan pasukan paramiliter RSF yang berlangsung selama lebih dari sepekan. Pertempuran memperebutkan kekuasaan tersebut telah menewaskan ratusan orang dan membuat jutaan warga Sudan kesulitan mendapatkan akses layanan dasar.

Konflik di Sudan ini adalah salah satu contoh bagaimana konflik politik menjadi ancaman bagi warga negara asing, termasuk WNI yang tinggal dan belajar di negara tersebut. Kondisi yang terjadi di Sudan memerlukan perhatian dan dukungan internasional, tentunya dengan mempertimbangkan aspek pertahanan dan keamanan global. WNI yang ada di Sudan pun diharapkan dapat segera dipulangkan dan diselamatkan dari gempuran konflik yang terus berkecamuk.

Hal ini juga menjadi peringatan bagi pemerintah Indonesia untuk memperhatikan kesejahteraan WNI yang berada di luar negeri, terutama dalam situasi konflik. Perlindungan, pemulangan, dan dukungan harus segera diberikan guna memastikan keselamatan warga negara Indonesia yang terancam akibat perang atau bencana di luar negeri. Dalam memulangkan WNI, koordinasi antar lembaga dan pemerintah menjadi hal yang penting agar proses evakuasi dapat berjalan dengan lancar.

Baca berita terbaru lainnya di sini.

Rizka Wulandari

Rizka Wulandari sudah terjun di dunia media selama tiga tahun terakhir. Sejak lulus kuliah, ia sudah bekerja untuk beberapa publikasi independen di Jakarta dan menulis berbagai artikel dengan tema yang beragam.