Cuaca dan Medan Menghambat Evakuasi Jenazah Pratu Miftahul Arifin dengan Helikopter

Kepala Staf Umum TNI Letjen Bambang Ismawan mengakui adanya kesulitan evakuasi jenazah prajurit Pratu Miftahul Arifin yang gugur dalam pertempuran dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Nduga, Papua saat operasi pencarian pilot Susi Air Philip Marks Methrtens. Ia menjelaskan bahwa proses evakuasi ini mengalami hambatan karena faktor cuaca seperti kabut yang kerap muncul di lokasi kejadian serta medan yang sulit.
Menurut Bambang, kabut di lokasi tersebut membuat helikopter yang akan dioperasikan belum bisa merapat ke lokasi evakuasi. Selain itu, medan yang tidak datar di lokasi menjadi hambatan bagi tim evakuasi yang akan mengangkut jenazah Pratu Arifin. “Sampai tadi siang belum bisa diambil (jenazahnya). Karena memang pertama cuacanya di sana tidak menentu, kadang-kadang satu hari hanya dua jam cerah, habis itu tertutup kabut,” ungkap Bambang.
Kronologi serangan KKB terhadap pasukan yang sedang melakukan operasi pencarian pilot Susi Air tersebut juga telah diungkap oleh Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Julius Widjojono. Menurutnya, peristiwa ini terjadi ketika Satuan Tugas (Satgas) Batalion Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna yang sedang mendekati posisi penyandera Philip Marks Methrtens tiba-tiba diserang oleh kelompok tersebut pada Sabtu sore.
Akibat penyerangan ini, Pratu Miftahul Arifin terjatuh ke jurang yang memiliki kedalaman sekitar 15 meter dan gugur. Setelah itu, terjadi serangan lanjutan oleh KKB terhadap Satgas Yonif Raider 321. “Ketika (prajurit) mencoba untuk menolong (Pratu Miftahul), (mereka) mendapatkan serangan ulang,” jelas Julius.
Julius membantah adanya tewasnya enam prajurit akibat serangan susulan tersebut dan menyatakan bahwa kondisi prajurit lain yang mendapatkan serangan susulan masih dalam tahap pengecekan. “Kondisi lainnya masih dalam tahap pendalaman,” kata Julius. “Untuk jumlah korban nanti akan kami data ulang, dan kami sampaikan.”
Kejadian penyerangan oleh kelompok kriminal bersenjata tersebut terjadi pada Sabtu, pukul 16.30 WIT. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel (Kav) Herman Taryaman mengatakan, “Kejadian penyerangan oleh gerombolan KST (kelompok separatis teroris) terhadap prajurit TNI yang sedang melaksanakan tugas di wilayah Kabupaten Nduga dalam rangka pencarian pilot Susi Air.”
Pencarian pilot Susi Air, Philips Mark Methrtens (37), terus berlanjut dan tim evakuasi akan terus bekerja keras dalam melakukan usaha penyelamatan dan pengejaran terhadap kelompok KKB yang telah merugikan banyak pihak ini. Meski medan dan cuaca yang terkendala, pemerintah dan aparat keamanan tetap berkomitmen untuk mengakhiri aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh kelompok ini.
Insiden ini merupakan salah satu contoh dari berbagai peristiwa yang dimanfaatkan oleh KKB untuk menciptakan ketidakstabilan dan gangguan di Papua. Tidak hanya menargetkan keamanan negara, kelompok-kelompok ini juga menjadi ancaman bagi pengembangan dan keamanan warga sipil serta fasilitas publik. Langkah tegas dari pemerintah dan penegakan hukum akan terus diperlukan untuk mengatasi aksi kelompok-kelompok radikal dan separatis yang mengganggu kestabilan dan keamanan nasional.
Kasus-kasus serangan KKB kepada TNI dan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) sudah terjadi berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir. Keberanian kelompok radikal ini diduga semakin meningkat akibat lama tidak ada aksi yang tepat dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, dukungan dan sinergi antara kepolisian, TNI dan masyarakat dibutuhkan agar kelompok kriminal bersenjata ini bisa dihentikan aksinya.
Saat ini, proses evakuasi jenazah Pratu Miftahul Arifin masih berlangsung oleh tim khusus yang diterjunkan oleh TNI. Semoga proses evakuasi ini bisa segera dilakukan dan prajurit TNI yang gugur dapat segera dimakamkan dengan layak sebagai pahlawan yang telah berjuang demi keamanan rakyat dan negara.
Baca berita terbaru lainnya di sini.