Aksi PKS Mencari Anies sebagai Cawapres Dianggap Bisa Menggoyang Soliditas Koalisi Perubahan

Aksi “gerilya” yang dilakukan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mendekati sejumlah individu politik untuk menjaring sosok bakal calon wakil presiden bagi Anies Baswedan dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan dinilai bisa membawa dampak pada soliditas koalisi tersebut. PKS telah mencoba mendekati beberapa nama di luar koalisi seperti Menko Polhukam Mahfud MD, atau mewacanakan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Langkah tersebut dinilai berpotensi memicu gesekan dengan Partai Demokrat yang sangat menginginkan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi bakal calon wakil presiden Anies.
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi, mengatakan bahwa langkah yang diambil oleh PKS sangat berisiko terhadap soliditas koalisi, terutama dengan Partai Demokrat. PKS dinilai memanfaatkan celah yang ada, tetapi langkah tersebut bisa membahayakan hubungan mereka dengan Demokrat. Ari juga menambahkan bahwa manuver PKS tidak lepas dari keterkaitan dengan Ahmad Heryawan (Aher) yang merupakan kader PKS dan dianggap kurang pas sebagai bakal calon wakil presiden Anies. Jika Anies memilih AHY sebagai bakal cawapres, PKS kemungkinan tidak akan mendapatkan manfaat yang diharapkan selain komitmen kursi di kabinet.
Agung Baskoro, pengamat politik dari Trias Politika Strategies, berpendapat bahwa jika PKS tetap berkeras mencari bakal cawapres Anies dari luar koalisi, akan ada potensi kebuntuan politik baru. Ia mengatakan bahwa manuver PKS untuk mendorong Sandi dan Mahfud berisiko melahirkan kebuntuan tersebut, mengingat setelah nama Aher mengendur, PKS tidak menyerah untuk terlibat dalam mengusulkan nama. Hal ini bisa membingungkan para pendukung mereka dan dapat menjadi bumerang, sehingga pemilih laten yang selama ini konsisten mendukung mereka akan kecewa.
Koalisi Perubahan saat ini terdiri dari PKS, Partai Nasdem, dan Partai Demokrat. Ketiga partai sepakat mengusung Anies sebagai bakal capres 2024 dan membentuk tim khusus untuk membantu Anies mencari bakal cawapres yang ideal. PKS menyatakan bahwa mereka fokus untuk mencari calon wakil presiden yang tepat untuk mendampingi Anies. Presiden PKS, Ahmad Syaikhu, juga membenarkan bahwa ia sudah banyak melakukan silaturahmi dengan tokoh-tokoh bangsa dalam rangka mencari sosok pasangan bagi Anies.
Mahfud MD juga membenarkan bahwa ia bertemu dengan Ahmad Syaikhu dan berdiskusi mengenai masa depan Indonesia. Namun, Mahfud juga menegaskan bahwa fokusnya saat ini adalah mengawal pemilu agar berlangsung sesuai kalender. Mahfud juga menyarankan kepada Syaikhu agar mencari kandidat cawapres dari internal partai pendukung koalisi agar koalisi tetap solid.
Dampak manuver PKS ini pada soliditas koalisi menjadi perhatian banyak pihak. Kabarnya, Partai Demokrat tak akan menolak kehadiran Mahfud MD sebagai bakal cawapres Anies, meski mereka tetap meminta PKS untuk lebih menahan diri dan tidak seperti “toko kelontongan” yang menawarkan banyak pilihan. Kesepakatan di dalam koalisi perlu diperkuat dan tidak boleh goyah oleh manuver politik yang dilakukan oleh anggota koalisi itu sendiri. Para pendukung dan basis pemilih partai koalisi juga perlu diberikan kejelasan mengenai pilihan yang diusung agar tidak kecewa atau beralih dukungan.
Penting bagi PKS dan partai-partai dalam Koalisi Perubahan untuk bekerja bersama dan memastikan soliditas koalisi tetap terjaga. Sebelum memutuskan siapa yang akan mendampingi Anies, mereka harus memikirkan dampak dari pilihan tersebut dan memastikan agar tidak menimbulkan kekacauan dalam koalisi maupun di antara pendukung yang telah mendukung mereka selama ini.
Baca berita terbaru lainnya di sini.